Tampilkan postingan dengan label Jawa. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Jawa. Tampilkan semua postingan

12 Maret 2010

Lingsir Wengi

3 comments
Hmm.. Sampai saat ini pun masih banyak yang penasaran dengan kidung (lagu) Lingsir Wengi yang ada di pilem horor Indonesia yang b'judul Kuntilanak. Liriknya seperti ini:
lingsir wengi sliramu tumeking sirno
ojo tangi nggonmu guling
awas jo ngetoro
aku lagi bang wingo wingo
jin setan kang tak utusi
dadyo sebarang..

wojo lelayu sebet
yang arti dalam bahasa Indonesia-nya:
menjelang malam, (bayang) dirimu akan mulai lenyap
jangan bangun dari tidurmu
awas jangan terlihat
aku sedang dalam gelisah
jin dan setan yang kuperintah…
jadilah apapun..

jangan membawa maut
Pada adegan dalam pilem Kuntilanak kidung tersebut digunakan sang lakon untuk memanggil perewangannya, kuntilanak, untuk membalaskan dendam sang lakon kepada orang-orang yang berusaha mengganggu atau menyakitinya.

Sayang sekali banyak orang yang salah menafsirkan kidung tersebut sebagai mantra untuk memanggil kuntilanak. Bahkan terlalu mendramatisir jika mendengarkan kidung atau menyanyikannya maka akan terjadi hal-hal yang membuat takut diri mereka sendiri bahkan sampai kesurupan.

Menurut pendapat Wam, kidung itu BUKAN untuk memanggil kuntilanak. Kidung itu hanyalah durma dari sebuah macapat. Untuk mendukung suasana angker dari film Kuntilanak. Apalagi dinyanyikan secara lirih dengan nuansa musik yang mencekam.

Dan juga, pada lirik kidungnya yang diperintah (diutusi) adalah jin dan setan, bukan kuntilanak. Mungkin juga apabila perewangan sang lakon adalah tuyul, maka yg keluar dari cermin adalah tuyul.. T__T



sumber: Tony, Funs, Kaskus, Hero
Read more...

05 Desember 2008

Sadulur Papat Kalima Pancer

2 comments
Ana kidung ing kadang Marmati Amung tuwuh ing kuwasanira Nganakaken saciptane Kakang Kawah puniku Kang rumeksa ing awak mami Anekakake sedya Ing kuwasanipun Adhi Ari-Ari ingkang Memayungi laku kuwasanireki Angenakken pangarah Ponang Getih ing rahina wengi Ngrerewangi ulah kang kuwasa Andadekaken karsane Puser kuwasanipun Nguyu-uyu sabawa mami Nuruti ing panedha Kuwasanireku Jangkep kadang ingsun papat Kalimane wus dadi pancer sawiji Tunggal sawujud ingwang.

(Dhandanggula, Kitab Kidungan Purwajati)

Pada tembang di atas dijelaskan bahwa manusia mempunyai saudara, yaitu Sadulur Papat (Saudara Empat). Di antaranya adalah Marmati, Kawah, Ari–ari, dan Rah/Rahsa. Semua itu berpusat di Puser, berpusat di setiap manusia ketika bayi.

Marmati itu artinya Samar Mati (Takut Mati). Pada umumnya jika seorang ibu mengandung sehari-hari pikirannya khawatir karena Samar Mati. Karena rasa khawatir itu ada sebelum sang ibu melahirkan, maka Samar Mati dianggap sebagai Sadulur Tuwa (Saudara Tua).

Pada saat seorang ibu melahirkan, sebelum bayinya lahir, yang keluar terlebih dahulu adalah Kawah (Air Ketuban). Karena itu Kawah juga dianggap Sadulur Tuwa yang biasa disebut dengan Kakang (kakak) Kawah.

Setelah bayi lahir, maka barulah keluar Ari–ari (plasenta). Karena itu, Ari-ari dianggap sebagai Sedulur Enom (Saudara Muda) dan disebut Adhi (adik) Ari-Ari.

Pada peristiwa itu, tentu saja seorang ibu juga mengeluarkan Rah/Rahsa (darah). Keluarnya Rah ini juga pada waktu setelah bayi lahir, maka dari itu Rah/Rahsa itu juga dianggap Sedulur Enom.

Puser (tali pusat) itu pada umumnya Pupak (lepas) ketika bayi sudah berumur tujuh hari. Puser yang lepas juga dianggap saudara si bayi. Puser ini disebut sebagai pusatnya Sadulur Papat. Dari peristiwa itulah muncul semboyan Sadulur Papat Kalima Pancer (Saudara Empat Lima Pusat).
Read more...